DIABETES Mellitus (DM) ada yang bukan penyakit keturunan, cara pencegahannya masih dalam penelitian. Pengobatan yang dilakukan hanya mengontrol gula darah. Penyebab bisa karena virus, pola makan, dan kurang vitamin D. Nasi yang menjadi makanan keseharian, sebaiknya menggunakan beras rendah kalori dengan kadar gula dan fat rendah tidak berkanji.
Selain itu, memilih menu lauk pauk, dan buah yang jumlah kandungan kalorinya tidak berlebih, kata dr Aman Pulungan Sp A(K) pada pertemuan Ikatan Diabetes Anak dan Remaja (Ikadar) se Indonesia, 27-28 Desember 2010, di Bogor.
S Evi Julia mewakili nutrisi dan penelitian beras dunia Singapura, menjelaskan, beras Taj Mahal seperti buah apel, tidak merespon kenaikan gula darah. Berfungsi mengontrol kadar gula darah tetap stabil (mengirit insulin).
Cara memasak beras, satu gelas diberi 3 gelas air (1:3), hasilnya bisa menjadi empat piring. Beras biasa pada umumnya, satu gelas setelah dimasak hanya mengasilkan dua piring. Ny Ela Yohana dari Malang, orang tua salah satu peserta pertemuan Ikadar di Bogor, mengatakan, putrinya sejak makan nasi beras tersebut, gula darahnya terkontrol, tidak cepat lelah, dan selalu ceria.
S Evi Julia mewakili nutrisi dan penelitian beras dunia Singapura, menjelaskan, beras Taj Mahal seperti buah apel, tidak merespon kenaikan gula darah. Berfungsi mengontrol kadar gula darah tetap stabil (mengirit insulin).
Cara memasak beras, satu gelas diberi 3 gelas air (1:3), hasilnya bisa menjadi empat piring. Beras biasa pada umumnya, satu gelas setelah dimasak hanya mengasilkan dua piring. Ny Ela Yohana dari Malang, orang tua salah satu peserta pertemuan Ikadar di Bogor, mengatakan, putrinya sejak makan nasi beras tersebut, gula darahnya terkontrol, tidak cepat lelah, dan selalu ceria.
Di hadapan 30 peserta pertemuan tersebut, Aman, menjelaskan, dari total populasi penduduk Indonesia 267.556.363 jiwa, 83 juta jiwa di antaranya anak-anak (hasil sementara sensus penduduk 2010). Dan, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endikronologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang melakukan pendataan selama 19 bulan terakhir (2009-2010), mencatat ada 590 pasien DM tipe 1, terinci 553 anak dan remaja, dan 38 dewasa.
Data pasien tersebut, tidak ubahnya hanya permukaan gunung es. Masih ada banyak anak penderita DM tipe 1 tidak terdiagnosis atau bahkan meninggal tanpa diketahui. Terbukti, selama masa regristasi, 14 anak meninggal karena komplikasi berat ‘’Ketoasidosis Diabetikum’’.
Data pasien tersebut, tidak ubahnya hanya permukaan gunung es. Masih ada banyak anak penderita DM tipe 1 tidak terdiagnosis atau bahkan meninggal tanpa diketahui. Terbukti, selama masa regristasi, 14 anak meninggal karena komplikasi berat ‘’Ketoasidosis Diabetikum’’.
Ciri-ciri penderita DM, berat badan turun, rasa lapar dan banyak makan, haus terus (minum banyak), sering buang air kecil, dan terlihat loyo. Biaya perawatan pasien DM tipe 1, Rp 1 juta/pasien/bulan (tidak termasuk periksa dokter tiga bulan sekali dan pemeriksaan dengan penunjang lainnya).
DM tipe 2 yang biasa menyerang pada usia remaja, terlihat dengan perubahan tubuh. Antara lain badan semakin gendut, dan gangguan metabolisme. Penyakit ini menyerang siapa saja tanpa pandang bulu status sosial ekonominya.(Suara Merdeka)
DM tipe 2 yang biasa menyerang pada usia remaja, terlihat dengan perubahan tubuh. Antara lain badan semakin gendut, dan gangguan metabolisme. Penyakit ini menyerang siapa saja tanpa pandang bulu status sosial ekonominya.(Suara Merdeka)